Just another free Blogger theme

22 November 2021

Photo hanya ilustrasi


 Almarhum bapakku adalah seorang petani yang bertangan dingin. Ketika beliau menanam bibit buah apapun pasti akan selalu berbuah. Tak heran, depan rumah ku penuh dengan pohon pohon yang berbuah. Pohon cabe, pohon tomat dan pohon lainnya selalu menghiasi halaman depan rumahku, sampai sampai pohon nangka tumbuh subur dan rindang di depan rumahku.

Baiklah, aku ceritakan dulu keadaan rumahku. Kami tinggal di sebuah kampung di bogor dimana penduduknya sudah lumayan padat. Rumahku berada di tengah tengah kampung. Jalan setapak yang terdapat didepan rumahku itu menjadi satu satunya akses jalan keluar masuk warga yang rumahnya diujung kampung. Jalan itu hanya jalan setapak yang hanya bisa dilalui oleh motor.


Setiap orang atau warga yang melintasi rumahku pasti akan melihat banyak nya pepohonan yang ada di depan rumah ku, termasuk pohon nangka yang tumbuh besar dan rindang itu. Setiap berbuah dari pohon atau tumbuhan yang ada didepan rumahku pasti akan membuat para tetangga atau warga  yang melihat nya iri akhirnya tak jarang ketika berbuah esok harinya buahnya sering hilang dari pohonnya.

Tahun 2000, bapakku meninggal karena penyakit yang dideritanya. Kami sekeluarga amat sangat terpukul, karena walaupun galak tapi beliau mengajarkan kepada kami ketegasan dan pentingnya ketepatan waktu dalam segala hal.

Hari berganti hari, minggu, bulan bahkan tahun terus berganti dan kami lewati tanpa bapak lagi. Aku kemudian melanjutkan pendidikan kuliahku di bandung sedangkan kakak pertamaku sudah menikah dan tinggal dirumah suaminya. Yang tersisa dirumah ku hanyalah ibu dan kakak perempuanku yang kedua.

Awalnya semua berjalan normal, aku yang kost di bandung jarang sekali untuk pulang kecuali libur lebaran dan untuk berkomunikasi hanya melalui telp rumah walaupun hanya sekedar tanya kabar atau memberitahu kegiatan kegiatan di kampus.

Sampai akhirnya aku liburan semester. Entah kenapa aku tidak ingin mengikuti kuliah semester pendek yang diadakan di kampus ku tapi keinginan ku pada saat itu adalah menghabiskan waktu libur semester bersama ibuku.

Disinilah kisah seram itu dimulai. Halaman rumahku yang dulu nya asri dan indah dipandang mata kini berganti dengan halaman rumah yang penuh dengan daun yang berserakan menimbulkan kesan halaman yang berantakan dan tidak terurus sama sekali, pohon pisang yang sudah tidak berbuah dan membusuk dan pohon mangga yang tumbuh nya semakin lebat dan penuh daun daun yang mati berserakan dibawah pohonnya. Aku mewajarkan itu, semenjak meninggalnya bapakku dan aku yang memutuskan untuk kuliah di bandung tidak ada yang mengurus halaman itu. Ibu yang sudah mulai tua, sudah tidak sanggup mengurusnya sendirian dan kakak perempuanku lebih memilih kesibukan dengan pekerjaannya.

Malam pertama aku lewati dengan baik baik saja, tidak ada kejadian apapun. Tapi ada satu kejanggalan yang aku perhatikan, sepi nya anak anak kecil lalu lalang di depan rumah ku yang biasanya rame dan ketika ada melintas didepan rumahku kalau dia sendirian, pasti dengan berlari seolah ketakutan.

Malam berikutnya pun demikian, aku perhatikan jalan didepan rumahku apabila sudah lewat dari isya atau pukul jam 8 malam itu benar benar sepi, tak ada yang lalu lalang dan sekalipun orang orang lewat pasti bergerombol.

Aku mulai bertanya tanya, aku datangi temanku andi yang rumahnya tidak terlalu jauh dari rumahku. Sambil nongkrong dan ngopi ngopi didepan rumahnya aku memulai percakapan “Di, kenapa ya? Dari gw pulang dari bandung, ko gw ngerasa ada yang beda di kampung ini.”. “beda gimana bro?” jawab andi sambil menghembuskan asap rokok. “Gw perhatiin, semenjak gw pulang. Biasanya depan rmh gw kalo malem rame, tp ini ko sepi sih? Emang ada apa sih?” kataku sambil mengambil kopi yang masih panas. Andi yang awalnya santai, lalu menunjukkan muka yang serius. “Gini bro, sebenarnya  emang gw mau nyamperin lu buat ngomong ini, berhubung lu udah merhatiin juga, jadi gw langsng cerita aja.” Sahutnya. “udah banyak warga yang mau dateng ke nyokap lu, minta itu pohon mangga yang ada didepan rumah lu untuk di tebang, tapi warga, RT sekalipun ga berani untuk ngomong ke nyokap lu karena takut nyinggung perasaannya.” “lho, kenapa ditebang?” Jawabku. “udah banyak warga yang ngeliat bahwa di pohon itu ada kuntilanak yang duduk dibatang pohonnya. Bpk gw ga percaya berita itu, dan dia pengen ngebuktiin. Sengaja dia pulang malem dari kerjaannya. Tau tau dia ditemuin lagi pingsan depan rumah lu ama bpk bpk yang mau ke masjid untuk sholat subuh. Katanya semalam pas ngelewat rumah lu dia ngeliat ibu lu yang lagi didepan rumah. Bpk gw heran kok malem malem masih diluar, dia tanya ibu lu, eh pas ditanya ibu lu berubah jadi kuntilanak dan melayang ke pohon mangga itu sambil ketawa, hi hih hi hihi” panjang lebar andi menceritakan apa yang terjadi. “bahkan yang lebih parah bro, pedagang baso yang ngider lewat rumah lu malem malem itu sampai ditinggal gerobaknya karena katanya depan rumah lu ada yang pesen baso dan pas begitu mau ngasih basonya, yang pesen itu kuntilanak yang duduk di pohon mangga itu”.  Lanjutnya andi cerita.


Baca juga : Pengalaman menjadi driver ojol

Sontak aku kaget dengan apa yang disampaikan Andi. Lalu aku tinggalkan Andi bermaksud untuk menanyakan ke ibuku perihal berita yangaku dapat dari Andi. Dan ketika aku tanyakan ke ibuku, ibuku membenarkan apa yang diceritakan Andi.

Malam itu aku tidak bisa tidur. Antara tidak percaya, takut dan juga penasaran berkecamuk dalam hatiku tentang apa yang diucapkan andi dan ibuku tadi siang. Masa iya ada kuntilanak di depan rumahku. Disela pikiranku yang sedang berkecamuk, ku dengar ada yang mengetuk pintu rumah ku. Tok..tok.. tok. Ku tengok jam dinding yang ada di kamar ku. Jam 10, masa iya ada yang bertamu malem malem gini? Siapa ya, akh si andi kali. Gumamku pada saat itu. Segera aku keluar kamar dan hendak membukakan pintu.


Tapi.... setelah aku bukakan pintu ternyata tidak ada siapapun. Aku coba sedikit mengeluarkan badanku keluar rumah dan melihat kekiri dan ke kanan memang tidak ada siapa siapa. Aku tutup dan kunci kembali pintu dan setelah aku berbalik arah betapa terkejut aku, mulutku tak bisa berkata apa apa, hanya bisa melihat apa yang ada didepan ku...

Sesosok perempuan yang penuh darah dengan rambut yang menutupi sebagian wajahnya dan dia tersenyum menyeringai kepada ku.. sambil melayang dia tertawa sedangkan matanya yang merah terus menatapku.

Aku hanya bisa terpaku, lalu entah apa lagi yang terjadi... aku pingsan

man, lukman... bangun”. Sayup sayup aku dengar suara ibuku membangunkan ku tepat adzan subuh berkumandang. “kenapa kamu tidur di depan pintu?” tanya ibuku.

“Bu, kita bsk harus segera menebang pohon nangka itu” ibuku tanpa keheranan dengan ucapanku. “kamu kenapa? Ngigo?” kata ibuku. “pokoknya lukman mau bsk kita tebang pohon itu.” Kata ku sambil meninggalkan ibuku.

Keesokan hari nya aku ceritakan ke ibu kenapa aku bisa tidur didepan pintu dan reaksi ibuku pada saat itu hanya menyampaikan “ya sudahlah terserah”.

 

-PART 1-

SELESAI

Categories:


Blog khusus cerita seram yang diangkat dari kisah nyata azzamulilmi01@gmail.com

0 comments:

Post a Comment