Photo hanya ilustrasi |
Almarhum bapakku adalah seorang petani yang bertangan dingin. Ketika beliau menanam bibit buah apapun pasti akan selalu berbuah. Tak heran, depan rumah ku penuh dengan pohon pohon yang berbuah. Pohon cabe, pohon tomat dan pohon lainnya selalu menghiasi halaman depan rumahku, sampai sampai pohon nangka tumbuh subur dan rindang di depan rumahku.
Baiklah, aku ceritakan dulu keadaan rumahku. Kami tinggal di sebuah kampung di bogor dimana penduduknya sudah lumayan padat. Rumahku berada di tengah tengah kampung. Jalan setapak yang terdapat didepan rumahku itu menjadi satu satunya akses jalan keluar masuk warga yang rumahnya diujung kampung. Jalan itu hanya jalan setapak yang hanya bisa dilalui oleh motor.
Setiap orang atau warga yang
melintasi rumahku pasti akan melihat banyak nya pepohonan yang ada di depan
rumah ku, termasuk pohon nangka yang tumbuh besar dan rindang itu. Setiap
berbuah dari pohon atau tumbuhan yang ada didepan rumahku pasti akan membuat
para tetangga atau warga yang melihat
nya iri akhirnya tak jarang ketika berbuah esok harinya buahnya sering hilang
dari pohonnya.
Tahun 2000, bapakku meninggal
karena penyakit yang dideritanya. Kami sekeluarga amat sangat terpukul, karena
walaupun galak tapi beliau mengajarkan kepada kami ketegasan dan pentingnya
ketepatan waktu dalam segala hal.
Hari berganti hari, minggu,
bulan bahkan tahun terus berganti dan kami lewati tanpa bapak lagi. Aku
kemudian melanjutkan pendidikan kuliahku di bandung sedangkan kakak pertamaku
sudah menikah dan tinggal dirumah suaminya. Yang tersisa dirumah ku hanyalah
ibu dan kakak perempuanku yang kedua.
Awalnya semua berjalan normal,
aku yang kost di bandung jarang sekali untuk pulang kecuali libur lebaran dan
untuk berkomunikasi hanya melalui telp rumah walaupun hanya sekedar tanya kabar
atau memberitahu kegiatan kegiatan di kampus.
Sampai akhirnya aku liburan
semester. Entah kenapa aku tidak ingin mengikuti kuliah semester pendek yang
diadakan di kampus ku tapi keinginan ku pada saat itu adalah menghabiskan waktu
libur semester bersama ibuku.
Disinilah kisah seram itu
dimulai. Halaman rumahku yang dulu nya asri dan indah dipandang mata kini
berganti dengan halaman rumah yang penuh dengan daun yang berserakan
menimbulkan kesan halaman yang berantakan dan tidak terurus sama sekali, pohon
pisang yang sudah tidak berbuah dan membusuk dan pohon mangga yang tumbuh nya
semakin lebat dan penuh daun daun yang mati berserakan dibawah pohonnya. Aku
mewajarkan itu, semenjak meninggalnya bapakku dan aku yang memutuskan untuk
kuliah di bandung tidak ada yang mengurus halaman itu. Ibu yang sudah mulai
tua, sudah tidak sanggup mengurusnya sendirian dan kakak perempuanku lebih
memilih kesibukan dengan pekerjaannya.
Malam pertama aku lewati
dengan baik baik saja, tidak ada kejadian apapun. Tapi ada satu kejanggalan
yang aku perhatikan, sepi nya anak anak kecil lalu lalang di depan rumah ku
yang biasanya rame dan ketika ada melintas didepan rumahku kalau dia sendirian,
pasti dengan berlari seolah ketakutan.
Malam berikutnya pun demikian,
aku perhatikan jalan didepan rumahku apabila sudah lewat dari isya atau pukul
jam 8 malam itu benar benar sepi, tak ada yang lalu lalang dan sekalipun orang
orang lewat pasti bergerombol.
Aku mulai bertanya tanya, aku
datangi temanku andi yang rumahnya tidak terlalu jauh dari rumahku. Sambil
nongkrong dan ngopi ngopi didepan rumahnya aku memulai percakapan “Di, kenapa ya? Dari gw pulang dari bandung,
ko gw ngerasa ada yang beda di kampung ini.”. “beda gimana bro?” jawab andi sambil menghembuskan asap rokok. “Gw perhatiin, semenjak gw pulang. Biasanya
depan rmh gw kalo malem rame, tp ini ko sepi sih? Emang ada apa sih?”
kataku sambil mengambil kopi yang masih panas. Andi yang awalnya santai, lalu
menunjukkan muka yang serius. “Gini bro,
sebenarnya emang gw mau nyamperin lu
buat ngomong ini, berhubung lu udah merhatiin juga, jadi gw langsng cerita
aja.” Sahutnya. “udah banyak warga
yang mau dateng ke nyokap lu, minta itu pohon mangga yang ada didepan rumah lu
untuk di tebang, tapi warga, RT sekalipun ga berani untuk ngomong ke nyokap lu
karena takut nyinggung perasaannya.” “lho,
kenapa ditebang?” Jawabku. “udah
banyak warga yang ngeliat bahwa di pohon itu ada kuntilanak yang duduk dibatang
pohonnya. Bpk gw ga percaya berita itu, dan dia pengen ngebuktiin. Sengaja dia
pulang malem dari kerjaannya. Tau tau dia ditemuin lagi pingsan depan rumah lu
ama bpk bpk yang mau ke masjid untuk sholat subuh. Katanya semalam pas ngelewat
rumah lu dia ngeliat ibu lu yang lagi didepan rumah. Bpk gw heran kok malem
malem masih diluar, dia tanya ibu lu, eh pas ditanya ibu lu berubah jadi
kuntilanak dan melayang ke pohon mangga itu sambil ketawa, hi hih hi hihi” panjang
lebar andi menceritakan apa yang terjadi. “bahkan
yang lebih parah bro, pedagang baso yang ngider lewat rumah lu malem malem itu
sampai ditinggal gerobaknya karena katanya depan rumah lu ada yang pesen baso
dan pas begitu mau ngasih basonya, yang pesen itu kuntilanak yang duduk di
pohon mangga itu”. Lanjutnya andi
cerita.
Baca juga : Pengalaman menjadi driver ojol
Sontak aku kaget dengan apa yang disampaikan Andi. Lalu aku tinggalkan Andi bermaksud untuk menanyakan ke ibuku perihal berita yangaku dapat dari Andi. Dan ketika aku tanyakan ke ibuku, ibuku membenarkan apa yang diceritakan Andi.
Malam itu aku tidak bisa
tidur. Antara tidak percaya, takut dan juga penasaran berkecamuk dalam hatiku
tentang apa yang diucapkan andi dan ibuku tadi siang. Masa iya ada kuntilanak
di depan rumahku. Disela pikiranku yang sedang berkecamuk, ku dengar ada yang
mengetuk pintu rumah ku. Tok..tok.. tok. Ku tengok jam dinding yang ada di
kamar ku. Jam 10, masa iya ada yang bertamu malem malem gini? Siapa ya, akh si
andi kali. Gumamku pada saat itu. Segera aku keluar kamar dan hendak membukakan
pintu.
Tapi.... setelah aku bukakan
pintu ternyata tidak ada siapapun. Aku coba sedikit mengeluarkan badanku keluar
rumah dan melihat kekiri dan ke kanan memang tidak ada siapa siapa. Aku tutup
dan kunci kembali pintu dan setelah aku berbalik arah betapa terkejut aku,
mulutku tak bisa berkata apa apa, hanya bisa melihat apa yang ada didepan ku...
Sesosok perempuan yang penuh
darah dengan rambut yang menutupi sebagian wajahnya dan dia tersenyum
menyeringai kepada ku.. sambil melayang dia tertawa sedangkan matanya yang
merah terus menatapku.
Aku hanya bisa terpaku, lalu
entah apa lagi yang terjadi... aku pingsan
“man, lukman... bangun”. Sayup sayup aku dengar suara ibuku
membangunkan ku tepat adzan subuh berkumandang. “kenapa kamu tidur di depan pintu?” tanya ibuku.
“Bu, kita bsk harus segera
menebang pohon nangka itu” ibuku tanpa keheranan dengan ucapanku. “kamu kenapa? Ngigo?” kata ibuku. “pokoknya lukman mau bsk kita tebang pohon
itu.” Kata ku sambil meninggalkan ibuku.
Keesokan hari nya aku
ceritakan ke ibu kenapa aku bisa tidur didepan pintu dan reaksi ibuku pada saat
itu hanya menyampaikan “ya sudahlah
terserah”.
-PART 1-
SELESAI
0 comments:
Post a Comment