Just another free Blogger theme

23 November 2021

 


PART 2

 

... Siangnya aku menghubungi mang Ade, tetanggaku yang pekerjaannya tukang bangunan yang biasa menebang pohon. Dengan bersiap siap mang Ade membawa golok, gergaji dan alat perkakas yang dia miliki untuk mulai menebang pohon nangka tersebut.

Hal yang aneh kembali terjadi. Gergaji yang digunakan untuk menebang pohon itu sama sekali tidak mempan. Pohon itu sama sekali tidak tergoreng sedikitpun. Mang ade terus berulang memotong dahan pohon itu, tapi.. benar benar aneh.. sama sekali terpotong bahkan tergores sedikit pun. Aku yang menyaksikan kejadian itu benar benar heran dan tidak percaya dengan apa yang aku lihat. Kemudian mang Ade mengganti gergaji dengan goloknya.. dug.. dug.. dug golok itu mulai dipukulkan ke batang pohon itu dan sama sekali tidak ada bekas bacokan golok sama sekali padahal aku tahu golok itu tajam sekali. Kami benar benar heran... dan naasnya ketika mang Ade memukulkan kembali goloknya, golok itu lepas dari gagangnya dan golok itu mengenai muka mang ade. Akh.... mang ade menjerit kesakitan, keningnya bercucuran darah. Aku panik, tetanggaku yang sedang asyik dirumahnya pun berhamburan keluar dan melihat apa yang terjadi.

baca cerita sebelumnya : PART 1

Akhirnya mang Ade aku bawa ke rumah sakit, mang Ade harus mengalami jahitan di keningnya, luka nya yang lumayan dalam karena golok yang mengenai keningnya. Tak lupa aku minta maaf kepada pihak keluarga mengenai apa yang terjadi kepada mang Ade.

Kejadian yang menimpa mang Ade membuatku semakin takut. Sore hari aku mendatangi pa ustad yang dimana beliau adalah seorang sesepuh dan guru ngaji di kampungku. Beliau memang sudah mengetahui masalah tersebut, tanpa aku berbicara panjang lebar menceritakan apa yang terjadi, beliau langsung menyuruh aku untuk mengumpulkan tetangga untuk mengadakan doa bersama di halaman rumah ku itu nanti malam. Segera aku laksanakan perintah beliau, aku undang tetangga sekitar rumahku untuk menghadiri doa bersama di halaman rumahku nanti malam, tak lupa aku pun mengajak Andi.

Tepat jam 11.00 malam, aku, pa ustad dan para tetangga termasuk Andi sudah berkumpul di depan halaman rumahku. Suasana yang hening menambah rasa ketakutan kami. Hanya pa ust yang terlihat tenang sedangkan kami semua tidak berani menenggakkan kepala melihat ke pohon itu.



Belum lama kami memanjatkan doa, tiba tiba...terdengar suara tertawa yang begitu jelas  hii...hii... hii.. seperempak kami menenggakkan kepala ke pohon itu dan...

Terlihat kuntilanak itu dengan baju putih yang kusam berlumuran darah dengan mata merah melihat kami semua. Aku yang melihat itu, sontak langsung menutup mataku dan berpindah tempat ke belakang pa ustad. Tetangga ku ada yang lari terbirit birit dan andi, dia pingsan.

Kunti itu terus saja tertawa sedangkan pa ustad terus membaca bacaan bacaan. Kemudian pa ustad berkata “hey, pergi kamu jangan diam disini. Jangan ganggu lagi” kuntilanak itu terus saja tertawa. “Kalau kamu emang tidak mau pergi, akan aku pindahkan kau”. Entah bacaan apa yang dibaca oleh pa ust, tiba tiba kuntilanak itu diam lalu menangis seperti mempunyai kesedihan yang amat dalam.

Sini turun, aku akan pindahkan kamu” entah apa maksud dari kata kata pa ustad pada saat itu, dan tidak lama kemudian aku melihat dengan mata ku sendiri, kuntilanak itu terbang turun mendekati pa ustad.

Pa ustad segera mengambil motor ku yang masih ada di halaman dan kemudian menyalakannya. Dan lagi lagi aku melihat kuntilanak itu terbang dan duduk di jok belakang motorku dan kemudian pa ustad melajukan motor ku dengan membonceng kuntilanak tersebut entah kemana.

Aku dan para tetangga yang masih ada terbelalak melihat itu semua. Terpaku dengan apa yang terjadi dan apa yang dilakukan oleh pa ustad tersebut. Hampir sekitar 10 menit kami terdiam masih tidak percaya dengan apa yang terjadi. Kemudian aku pun membangunkan andi yang masih terpingsan dan mengantarkan ke rumahnya. Masih dalam keadaan lemas gemeteran, kami akhirnya membubarkan diri pulang ke rumah masing masing.

Esok harinya, aku menemui pa ustad dan beliau hanya mengatakan “insya allah sudah bpk pindahkan, tidak ada lagi dipohon itu lagi. Supaya tidak banyak menimbulkan fitnah, segera saja pohon itu ditebang.”

Mendengar penjelasan pa ustad, aku pun langsung pamit dan segera menyuruh tukang untuk segera menebang pohon nangka tersebut dan alhamdulillah penebangan pohon tersebut lancar tanpa ada kendala dan tidak sampai memakan korban kembali.

Ini cerita nyata yang aku alami pada tahun 2003 ketika rumah yang aku tinggali masih penuh dengan pohon dan tumbuhan. Sampai sekarang rumah itu masih ada dan seiring berganti nya tahun kami pun membangun lagi kontrakan di halaman rumah tersebut dan alhamdulillah tidak ada sedikitpun gangguan kepada pengisinya.

Yang masih jadi pertanyaan sampai tulisan ini dibuat adalah bagaimana proses kuntilanak itu bisa bersarang di pohon masih menjadi misterius.

Terima kasih

Categories:


Blog khusus cerita seram yang diangkat dari kisah nyata azzamulilmi01@gmail.com

0 comments:

Post a Comment