Just another free Blogger theme

09 December 2021

 


Cerita ini aku dapatkan dari temanku. Sebut saja Ale, teman sesama driver yang baru saja aku kenal sebulan lalu. Karena memiliki latar belakang yang hampir mirip, di phk dari suatu kerjaan membuat kami merasa lebih nyambung dalam bertukar cerita pengalaman kerja kami dahulu.

Sama seperti aku, Ale adalah seorang suami yang harus menafkahi istri dan 2 anaknya. Dampak pandemi ini membuat dia hrs menerima kenyataan di phk di tempat dia bekerja dengan alasan pengurangan karyawan.

Dan akibatnya, Ale harus mengungsikan anak dan istri nya ke rmh mertuanya di daerah Tenjo, Jasinga karena sudah tidak sanggup membayar kontrakan di sekitar bogor kota yang tergolong mahal menurutnya.

Ya, pandemi covid 19 ini terasa sekali dampaknya... 

***

Singkat cerita, sore itu kami sedangan ngopi di warung si Abah, sambil menunggu orderan kami pun terlibat obrolan ngalor ngidul. Dari obrolan orderan sampai curhat masalah rumah tangga.

Sampai akhirnya aku menceritakan kejadian kejadian mistis yang aku alami selama menjadi driver ojol.

Selesai aku bercerita, dia pun menghela napas. Lalu menuturkan bahwa dia pun baru mengalami kejadian yang hampir sama dengan ku.

Tidak seperti biasanya, hari itu Ale yang sedari pagi sampai sore hari narik hanya mendapatkan 3 orderan. Itu artinya hanya sedikit uang yang dibawa ke rumah untuk keperluan anak dan istrinya. Ingat akan anak dan istrinya, Ale kemudian memutuskan bahwa malam itu, dia terpaksa pulang agak larut malam untuk terus ngebit dan berharap masih mendapatkan 2-3 orderan sampai jam 9 malam, kemudian pulang ke Tenjo, Jasinga.

Jam 9.30 malam, 2 orderan pun sudah dia dapat, akhirnya dia memutuskan untuk pulang, "barangkali di perjalanan pulang, bisa mendapatkan 1 orderan lagi", pikirnya. 

Sampai daerah Leuwiliang, orderan pun tak kunjung tiba, waktu itu sudah menunjukkan jam 11.00 malem dan Ale pun memutuskan untuk pulang. 

Jalanan yang mulai sepi terus dia susuri, Dari 2-3 motor dan mobil yang melintas kini di jalan itu hanya dia sendiri, di tengah kegelapan jalan yang yang minim cahaya dan hanya mengandalkan cahaya lampu dari motornya. 

Sampai tiba tiba saat melintasi daerah kebun pohon sawit yang besar besar,  Ale merasa sepeda motor yang ditumpanginya tiba-tiba terasa berat, seperti membonceng sesuatu. Semakin dia tarik gas motornya semakin terasa berat. 

Ale mulai merasakan keganjilan, dia tahu bahwa dia sedang merasakan hal yang aneh. Merasa penasaran dengan motornya yang terasa berat  lalu dia memberanikan diri untuk melihat spion motor dan ....

Betapa kaget nya dia... dibelakang jok motornya ternyata dia sedang memboncengi orang. Sebuah sosok yang jelas terlihat duduk di motornya berpakaian putih dengan rambut terurai dan muka nya, mukanya itu polos tanpa hidung dan mulut... yang ada hanya mata, mata merah menyala dan dan mata itu sama sama sedang melihat Ale di spion itu.

Ale berusaha untuk tidak panik, dalam ketegangan itu dia tidak berani lagi melihat spion motornya, dia hanya terus melihat ke depan jalan dan fokus mengendarai motor dengan terus membaca bacaan yang dia bisa. 
Ale tahu bahwa sosok itu masih ada di motornya, akhirnya dia memberanikan diri berbicara dengan sosok itu, dengan sedikit berteriak dia mengatakan "Udah atuh, saya pengen pulang" (dalam bahasa sunda). Tak lama Ale mengatakan itu, tiba tiba...

Bruk... Prak... Ale menabrak batu yang entah dari mana datangnya lalu terjatuh dari motor. Dengan setengah sadar dia melihat sekelilingnya, dia lihat sosok itu sudah tidak ada, di kegelapan itu dia hanya melihat motornya yang terguling dengan mesin dan lampu yang masih menyala.
 
Dengan segera, dia ambil motornya dan buru buru dia melaju. Ale sudah kehilangan akal, yang ada dalam pikiran dia adalah bagaimana caranya agar segera mungkin keluar dari kebun sawit itu. 

Saat dia sedang melaju,  tercium bau bangkai yang menyengat tapi dia tidak menghiraukannya sama sekali dan dia semakin terperanjat disebelah kiri jalan diatas pohon sawit itu dia melihat sosok itu sedang duduk pada dahan pohon sawit itu sambil mengeluarkan tawa yang begitu menyeramkan.

Sampai akhirnya dia keluar dari kebun itu, dilihatnya sudah banyak lampu penerangan di depan depan rumah penduduk dan dia bersukur bahwa dia melihat sebuah tambal ban yang masih buka. 

Ale pun menghentikan motor nya di tempat tambal ban tersebut, Muka nya pucat penuh dengan keringat dingin dan baju nya yang kotor karena jatuh tadi menjadi pertanyaan si penambah ban tersebut. 

Bpk penambal ban tersebut dengan sigapnya segera memberikan air minum agar Ale bisa kembali tenang. 

Setelah meminum air yang diberikan bpk penambal ban, Ale pun menceritakan apa yang sudah dia alami di kebun sawit tersebut. Khawatir akan kondisi Ale, Alepun ditawari untuk istirahat di tempat itu dan menyuruhnya melanjutkan perjalanan kerumahnya setelah subuh nanti dan Ale menyetujuinya.

Selepas sholat subuh, Ale kemudian berpamitan kepada bpk penambal ban tersebut dan segera pulang menuju rumahnya. Satu jam perjalanan menuju rumahnya, Ale pun disambut oleh istri nya yang ternyata sudah khawatir akan keadaan Ale, Lalu Ale pun menceritakan semuanya kepada istrinya.

Setelah mendengar semua yang disampaikan Ale, istrinya pun menyuruh Ale untuk beristirahat.

****

Itulah kejadian yang di alami Ale, teman driver ojol ku

27 November 2021

 

Gambar hanya sebuah ilustrasi


Setelah apa yang aku alami dalam menjalani profesi baruku ini, tak mengendorkan niatku untuk terus ngebit malam hari. Seperti biasa sepulang aku menyelesaikan tugas ku mengajar, langsung aku ganti atributku dan tak lupa ku online kan akun aplikasi ojolku. 

***

Baca juga : Kisah menjadi driver ojol


Waktu itu sudah jam 9 malam, dan tidak seperti hari hari sebelumnya, biasanya aku sudah mendapatkan 3 - 4 orderan, tapi waktu itu, hanya baru 1 orderan yang ku dapat. "Anyep banget hari ini." gumamku dalam hati. HP yang sedari tadi aku pegang sama sekali tidak ada bunyi notifikasi yang menandakan orderan masuk. 

Mulai dihinggapi rasa bosan, ku nyalakan motorku dan aku coba berkeliling dengan harapan di tengah perjalanan ada orderan yang masuk lalu aku arahkan motorku ke pusat kota Bogor. Tepat di depan terminal baranang siang HP ku berbunyi, ku hentikan motor dan ku lihat ada orderan masuk untukku. "Syukurlah" dengan tersenyum kecil aku berucap, segera ku tancap gas setelah tahu dimana titik penjemputan.

Setibanya aku di titik penjemputan, aku lihat seorang perempuan yang berdiri di depan gerbang kampus menggunakan rok panjang, berbaju merah lengan pendek dan memegang tumpukan buku di dadanya. "Mbak, pesan indriver?" tanyaku. Dia hanya menganggukkan kepala nya tanda mengiyakan ucapanku, lalu ku sodorkan helm sambil berkata "silahkan mbak, dipake helmnya". Lagi lagi dia tidak berkata apa-apa, langsung duduk di jok motor tanpa mengambil helm yang ku sodorkan. "Akh, mungkin dia ga mau pake helm" pikirku. Mukanya yang pucat pasi membuatku mengurungkan niatku untuk banyak bertanya.

Mulailah ku jalankan motor ku, dan disinilah aku mulai merasakan keanehan. Tidak seperti biasanya, daerah yang aku kenal dengan daerah yang ramai ini mendadak menjadi sepi, tidak ada mobil atau motor yang hilir mudik, tidak ada satupun mahasiswa lain yang terlihat dan bahkan warung warung sekitar yang biasanya buka sampai tengah malam pun semuanya tutup. Aneh... tapi tidak aku hiraukan karena yang ada dibenakku pada saat itu adalah tiba dengan segera mungkin dan langsung pulang ke rumah. 

Sepanjang perjalanan aku berusaha mengajak ngobrol perempuan itu untuk mencairkan suasana. "Baru pulang kuliah Mbak? Emang ada ya kuliah ampe malem gini? Ga takut mba, pulang kuliah jam segini?" tanyaku membuka obrolan tapi lagi lagi tidak ada jawaban dari perempuan itu. Aku yang merasa kesal saat itu karena semua pertanyaan ku tak pernah dijawab lalu ku tancapkan gas untuk lebih mempercepat laju motorku. 

Terlihat jalanan yang makin sepi, dan terasa asing bagiku, aku pun kembali bertanya "mbak, ini benar kan jalannya kesini?" Perempuan yang sedari tadi tidak menjawab pertanyaanku, kini dia hanya jawab "iya". Mendengar jawaban dari perempuan itu tak aku hiraukan karena aku ragu, jalan yang aku lalui semakin lama semakin sempit dan bukan aspal hanya jalan setapak yang hanya bisa dilalui oleh motor. Aku benar benar dibuat heran saat itu, berbagai pertanyaan muncul di kepala ku.  "Sejak kapan daerah sukaraja ini banyak sawah?"  

Ku pelankan motorku, dan ku cek lagi GPS yang ada di HP diatas motorku dan sialnya GPS ku eror dan tidak bergerak sama sekali. Dan seolah mengerti kepanikanku, perempuan itu kembali bicara "udah didepan kok mas, tuh rumah saya". Aku yang sedari tadi jalan pelan sambil memperhatikan HP tidak sadar bahwa sekitar 100 meter didepanku sudah ada rumah yang begitu mewah. Rumah 2 lantai yang bercat emas dan dikelilingi pagar  yang tinggi.  "Akhirnya" gumamku dalam hati, lalu aku hentikan motorku didepan gerbang rumah itu. Segera aku terima pembayaran dan melihat perempuan itu bergegas masuk ke dalam rumah itu. 

Aku yang saat itu masih keheranan, tidak lekas buru buru menyalakan motorku. Aku perhatikan rumah itu dan sekitarnya. "Kok ada rumah yang mewah ditengah tengah sawah?" sambil bertanya dalam hati. Masih terus memperhatikan sekitar, kemudian aku pun mencium bunga melati yang begitu mencolok dihidungku dan tiba tiba seluruh badanku merinding, bulu kuduk ku berdiri semua. 

Kemudian pintu rumah itu terbuka dan keluarlah seorang laki laki yang hanya menggunakan celana hitam dan bertelanjang dada kurus sekali badannya. Pas aku lihat laki laki itu, aku kaget "astagfirullah" laki laki itu sama sekali ga ada mukanya. Badannya terlihat berlumuran darah, darah segar yang masih menetes kebawah. Laki laki itu terus berjalan menuju aku yang sedang duduk diatas motorku

Sontak pada saat itu aku langsung menyalakan motor dan anehnya motorku pada saat itu sama sekali tidak bisa dinyalakan. Terus aku nyalakan motor ku tapi tetap tidak bisa. Aku yang sudah berkeringat dingin hanya pasrah sambil mendorong dorong motor dengan mataku yang tertutup, tak peduli ke arah mana aku mendorong motorku yang penting aku segera pergi sejauh mungkin dari rumah itu. "Mau kemana kau, sini mampir ke rumah kami" suara laki laki itu berbicara seolah suaranya begitu dekat denganku.

Aku terus saja mendorong motorku sambil membaca bacaan apa saja yang aku bisa. Entah sudah berapa lama aku mendorong, tiba tiba aku dikagetkan dengan lampu mobil truck yang begitu terang dan suara klakson yang begitu keras. ttiiiiiiiiiiiin...

"Hey a, kenapa?" ucap sopir truck itu setelah memberhentikan mobilnya. Sopir dan kenek nya segera menghampiri ku yang masih ditengah jalan. "Ada apa a, ko ada ditengah jalan? Ayo dorong dulu ke pinggir." Seketika itu aku langsung tersadar bahwa aku ada di tengah jalan raya dan hampir saja tertabrak. aku pun terbelalak, hamparan sawah dan rumah mewah yang tadi aku lihat itu tidak ada. Kemana itu semua?. 

Lalu aku ceritakan kejadian yang aku alami bahwa aku mengantarkan penumpang ke rumah mewah di tengah sawah yang akhirnya aku mengalami kejadian menyeramkan. Sopir dan kenek itu hanya saling bertatapan seolah tak percaya apa yang sudah aku alami. 

Dirasa aku sudah tenang, aku pun pamit untuk segera mengendarai kembali motorku dan bergegas pulang. Sopir truck yang melihat ku masih dalam keadaan pucat kemudian mengatakan "jalan nya pelan pelan aja ya a, kita pantau dari belakang. Kalau ada apa apa lagi kan gampang". Begitu katanya.

Waktu itu jam sudah menunjukkan jam 11.00 malam, aku putuskan untuk pulang. Segera aku hampiri bpk sopir tersebut dan mengucapkan terima kasih atas bantuannya, lalu aku bergegas pulang meninggalkan truck tersebut.

Setiba nya di rumah, aku tak menceritakan apa yang aku alami ini. Biarlah cerita ini menjadi bagian cerita dari pengalamanku menjadi driver ojol.

****

SALAM SATU ASPAL


23 November 2021

 


PART 2

 

... Siangnya aku menghubungi mang Ade, tetanggaku yang pekerjaannya tukang bangunan yang biasa menebang pohon. Dengan bersiap siap mang Ade membawa golok, gergaji dan alat perkakas yang dia miliki untuk mulai menebang pohon nangka tersebut.

Hal yang aneh kembali terjadi. Gergaji yang digunakan untuk menebang pohon itu sama sekali tidak mempan. Pohon itu sama sekali tidak tergoreng sedikitpun. Mang ade terus berulang memotong dahan pohon itu, tapi.. benar benar aneh.. sama sekali terpotong bahkan tergores sedikit pun. Aku yang menyaksikan kejadian itu benar benar heran dan tidak percaya dengan apa yang aku lihat. Kemudian mang Ade mengganti gergaji dengan goloknya.. dug.. dug.. dug golok itu mulai dipukulkan ke batang pohon itu dan sama sekali tidak ada bekas bacokan golok sama sekali padahal aku tahu golok itu tajam sekali. Kami benar benar heran... dan naasnya ketika mang Ade memukulkan kembali goloknya, golok itu lepas dari gagangnya dan golok itu mengenai muka mang ade. Akh.... mang ade menjerit kesakitan, keningnya bercucuran darah. Aku panik, tetanggaku yang sedang asyik dirumahnya pun berhamburan keluar dan melihat apa yang terjadi.

baca cerita sebelumnya : PART 1

Akhirnya mang Ade aku bawa ke rumah sakit, mang Ade harus mengalami jahitan di keningnya, luka nya yang lumayan dalam karena golok yang mengenai keningnya. Tak lupa aku minta maaf kepada pihak keluarga mengenai apa yang terjadi kepada mang Ade.

Kejadian yang menimpa mang Ade membuatku semakin takut. Sore hari aku mendatangi pa ustad yang dimana beliau adalah seorang sesepuh dan guru ngaji di kampungku. Beliau memang sudah mengetahui masalah tersebut, tanpa aku berbicara panjang lebar menceritakan apa yang terjadi, beliau langsung menyuruh aku untuk mengumpulkan tetangga untuk mengadakan doa bersama di halaman rumah ku itu nanti malam. Segera aku laksanakan perintah beliau, aku undang tetangga sekitar rumahku untuk menghadiri doa bersama di halaman rumahku nanti malam, tak lupa aku pun mengajak Andi.

Tepat jam 11.00 malam, aku, pa ustad dan para tetangga termasuk Andi sudah berkumpul di depan halaman rumahku. Suasana yang hening menambah rasa ketakutan kami. Hanya pa ust yang terlihat tenang sedangkan kami semua tidak berani menenggakkan kepala melihat ke pohon itu.



Belum lama kami memanjatkan doa, tiba tiba...terdengar suara tertawa yang begitu jelas  hii...hii... hii.. seperempak kami menenggakkan kepala ke pohon itu dan...

Terlihat kuntilanak itu dengan baju putih yang kusam berlumuran darah dengan mata merah melihat kami semua. Aku yang melihat itu, sontak langsung menutup mataku dan berpindah tempat ke belakang pa ustad. Tetangga ku ada yang lari terbirit birit dan andi, dia pingsan.

Kunti itu terus saja tertawa sedangkan pa ustad terus membaca bacaan bacaan. Kemudian pa ustad berkata “hey, pergi kamu jangan diam disini. Jangan ganggu lagi” kuntilanak itu terus saja tertawa. “Kalau kamu emang tidak mau pergi, akan aku pindahkan kau”. Entah bacaan apa yang dibaca oleh pa ust, tiba tiba kuntilanak itu diam lalu menangis seperti mempunyai kesedihan yang amat dalam.

Sini turun, aku akan pindahkan kamu” entah apa maksud dari kata kata pa ustad pada saat itu, dan tidak lama kemudian aku melihat dengan mata ku sendiri, kuntilanak itu terbang turun mendekati pa ustad.

Pa ustad segera mengambil motor ku yang masih ada di halaman dan kemudian menyalakannya. Dan lagi lagi aku melihat kuntilanak itu terbang dan duduk di jok belakang motorku dan kemudian pa ustad melajukan motor ku dengan membonceng kuntilanak tersebut entah kemana.

Aku dan para tetangga yang masih ada terbelalak melihat itu semua. Terpaku dengan apa yang terjadi dan apa yang dilakukan oleh pa ustad tersebut. Hampir sekitar 10 menit kami terdiam masih tidak percaya dengan apa yang terjadi. Kemudian aku pun membangunkan andi yang masih terpingsan dan mengantarkan ke rumahnya. Masih dalam keadaan lemas gemeteran, kami akhirnya membubarkan diri pulang ke rumah masing masing.

Esok harinya, aku menemui pa ustad dan beliau hanya mengatakan “insya allah sudah bpk pindahkan, tidak ada lagi dipohon itu lagi. Supaya tidak banyak menimbulkan fitnah, segera saja pohon itu ditebang.”

Mendengar penjelasan pa ustad, aku pun langsung pamit dan segera menyuruh tukang untuk segera menebang pohon nangka tersebut dan alhamdulillah penebangan pohon tersebut lancar tanpa ada kendala dan tidak sampai memakan korban kembali.

Ini cerita nyata yang aku alami pada tahun 2003 ketika rumah yang aku tinggali masih penuh dengan pohon dan tumbuhan. Sampai sekarang rumah itu masih ada dan seiring berganti nya tahun kami pun membangun lagi kontrakan di halaman rumah tersebut dan alhamdulillah tidak ada sedikitpun gangguan kepada pengisinya.

Yang masih jadi pertanyaan sampai tulisan ini dibuat adalah bagaimana proses kuntilanak itu bisa bersarang di pohon masih menjadi misterius.

Terima kasih

22 November 2021

Photo hanya ilustrasi


 Almarhum bapakku adalah seorang petani yang bertangan dingin. Ketika beliau menanam bibit buah apapun pasti akan selalu berbuah. Tak heran, depan rumah ku penuh dengan pohon pohon yang berbuah. Pohon cabe, pohon tomat dan pohon lainnya selalu menghiasi halaman depan rumahku, sampai sampai pohon nangka tumbuh subur dan rindang di depan rumahku.

Baiklah, aku ceritakan dulu keadaan rumahku. Kami tinggal di sebuah kampung di bogor dimana penduduknya sudah lumayan padat. Rumahku berada di tengah tengah kampung. Jalan setapak yang terdapat didepan rumahku itu menjadi satu satunya akses jalan keluar masuk warga yang rumahnya diujung kampung. Jalan itu hanya jalan setapak yang hanya bisa dilalui oleh motor.


Setiap orang atau warga yang melintasi rumahku pasti akan melihat banyak nya pepohonan yang ada di depan rumah ku, termasuk pohon nangka yang tumbuh besar dan rindang itu. Setiap berbuah dari pohon atau tumbuhan yang ada didepan rumahku pasti akan membuat para tetangga atau warga  yang melihat nya iri akhirnya tak jarang ketika berbuah esok harinya buahnya sering hilang dari pohonnya.

Tahun 2000, bapakku meninggal karena penyakit yang dideritanya. Kami sekeluarga amat sangat terpukul, karena walaupun galak tapi beliau mengajarkan kepada kami ketegasan dan pentingnya ketepatan waktu dalam segala hal.

Hari berganti hari, minggu, bulan bahkan tahun terus berganti dan kami lewati tanpa bapak lagi. Aku kemudian melanjutkan pendidikan kuliahku di bandung sedangkan kakak pertamaku sudah menikah dan tinggal dirumah suaminya. Yang tersisa dirumah ku hanyalah ibu dan kakak perempuanku yang kedua.

Awalnya semua berjalan normal, aku yang kost di bandung jarang sekali untuk pulang kecuali libur lebaran dan untuk berkomunikasi hanya melalui telp rumah walaupun hanya sekedar tanya kabar atau memberitahu kegiatan kegiatan di kampus.

Sampai akhirnya aku liburan semester. Entah kenapa aku tidak ingin mengikuti kuliah semester pendek yang diadakan di kampus ku tapi keinginan ku pada saat itu adalah menghabiskan waktu libur semester bersama ibuku.

Disinilah kisah seram itu dimulai. Halaman rumahku yang dulu nya asri dan indah dipandang mata kini berganti dengan halaman rumah yang penuh dengan daun yang berserakan menimbulkan kesan halaman yang berantakan dan tidak terurus sama sekali, pohon pisang yang sudah tidak berbuah dan membusuk dan pohon mangga yang tumbuh nya semakin lebat dan penuh daun daun yang mati berserakan dibawah pohonnya. Aku mewajarkan itu, semenjak meninggalnya bapakku dan aku yang memutuskan untuk kuliah di bandung tidak ada yang mengurus halaman itu. Ibu yang sudah mulai tua, sudah tidak sanggup mengurusnya sendirian dan kakak perempuanku lebih memilih kesibukan dengan pekerjaannya.

Malam pertama aku lewati dengan baik baik saja, tidak ada kejadian apapun. Tapi ada satu kejanggalan yang aku perhatikan, sepi nya anak anak kecil lalu lalang di depan rumah ku yang biasanya rame dan ketika ada melintas didepan rumahku kalau dia sendirian, pasti dengan berlari seolah ketakutan.

Malam berikutnya pun demikian, aku perhatikan jalan didepan rumahku apabila sudah lewat dari isya atau pukul jam 8 malam itu benar benar sepi, tak ada yang lalu lalang dan sekalipun orang orang lewat pasti bergerombol.

Aku mulai bertanya tanya, aku datangi temanku andi yang rumahnya tidak terlalu jauh dari rumahku. Sambil nongkrong dan ngopi ngopi didepan rumahnya aku memulai percakapan “Di, kenapa ya? Dari gw pulang dari bandung, ko gw ngerasa ada yang beda di kampung ini.”. “beda gimana bro?” jawab andi sambil menghembuskan asap rokok. “Gw perhatiin, semenjak gw pulang. Biasanya depan rmh gw kalo malem rame, tp ini ko sepi sih? Emang ada apa sih?” kataku sambil mengambil kopi yang masih panas. Andi yang awalnya santai, lalu menunjukkan muka yang serius. “Gini bro, sebenarnya  emang gw mau nyamperin lu buat ngomong ini, berhubung lu udah merhatiin juga, jadi gw langsng cerita aja.” Sahutnya. “udah banyak warga yang mau dateng ke nyokap lu, minta itu pohon mangga yang ada didepan rumah lu untuk di tebang, tapi warga, RT sekalipun ga berani untuk ngomong ke nyokap lu karena takut nyinggung perasaannya.” “lho, kenapa ditebang?” Jawabku. “udah banyak warga yang ngeliat bahwa di pohon itu ada kuntilanak yang duduk dibatang pohonnya. Bpk gw ga percaya berita itu, dan dia pengen ngebuktiin. Sengaja dia pulang malem dari kerjaannya. Tau tau dia ditemuin lagi pingsan depan rumah lu ama bpk bpk yang mau ke masjid untuk sholat subuh. Katanya semalam pas ngelewat rumah lu dia ngeliat ibu lu yang lagi didepan rumah. Bpk gw heran kok malem malem masih diluar, dia tanya ibu lu, eh pas ditanya ibu lu berubah jadi kuntilanak dan melayang ke pohon mangga itu sambil ketawa, hi hih hi hihi” panjang lebar andi menceritakan apa yang terjadi. “bahkan yang lebih parah bro, pedagang baso yang ngider lewat rumah lu malem malem itu sampai ditinggal gerobaknya karena katanya depan rumah lu ada yang pesen baso dan pas begitu mau ngasih basonya, yang pesen itu kuntilanak yang duduk di pohon mangga itu”.  Lanjutnya andi cerita.


Baca juga : Pengalaman menjadi driver ojol

Sontak aku kaget dengan apa yang disampaikan Andi. Lalu aku tinggalkan Andi bermaksud untuk menanyakan ke ibuku perihal berita yangaku dapat dari Andi. Dan ketika aku tanyakan ke ibuku, ibuku membenarkan apa yang diceritakan Andi.

Malam itu aku tidak bisa tidur. Antara tidak percaya, takut dan juga penasaran berkecamuk dalam hatiku tentang apa yang diucapkan andi dan ibuku tadi siang. Masa iya ada kuntilanak di depan rumahku. Disela pikiranku yang sedang berkecamuk, ku dengar ada yang mengetuk pintu rumah ku. Tok..tok.. tok. Ku tengok jam dinding yang ada di kamar ku. Jam 10, masa iya ada yang bertamu malem malem gini? Siapa ya, akh si andi kali. Gumamku pada saat itu. Segera aku keluar kamar dan hendak membukakan pintu.


Tapi.... setelah aku bukakan pintu ternyata tidak ada siapapun. Aku coba sedikit mengeluarkan badanku keluar rumah dan melihat kekiri dan ke kanan memang tidak ada siapa siapa. Aku tutup dan kunci kembali pintu dan setelah aku berbalik arah betapa terkejut aku, mulutku tak bisa berkata apa apa, hanya bisa melihat apa yang ada didepan ku...

Sesosok perempuan yang penuh darah dengan rambut yang menutupi sebagian wajahnya dan dia tersenyum menyeringai kepada ku.. sambil melayang dia tertawa sedangkan matanya yang merah terus menatapku.

Aku hanya bisa terpaku, lalu entah apa lagi yang terjadi... aku pingsan

man, lukman... bangun”. Sayup sayup aku dengar suara ibuku membangunkan ku tepat adzan subuh berkumandang. “kenapa kamu tidur di depan pintu?” tanya ibuku.

“Bu, kita bsk harus segera menebang pohon nangka itu” ibuku tanpa keheranan dengan ucapanku. “kamu kenapa? Ngigo?” kata ibuku. “pokoknya lukman mau bsk kita tebang pohon itu.” Kata ku sambil meninggalkan ibuku.

Keesokan hari nya aku ceritakan ke ibu kenapa aku bisa tidur didepan pintu dan reaksi ibuku pada saat itu hanya menyampaikan “ya sudahlah terserah”.

 

-PART 1-

SELESAI

21 November 2021

 


Nama ku lukman tinggal di bogor. Diusia yang sudah tidak bisa dikatakan muda ini terpaksa harus menerima kepahitan dalam hidup. Sekian lama bekerja dan mengabdikan diri di sebuah pekerjaan/kantor harus mengalami phk. Sempat mengalami frustasi tapi akhirnya aku tersadar aku harus bekerja, harus terus memberikan nafkah untuk anak istri.
Kemudian aku mencoba kembali melamar kerja ke sana sini, menghubungi teman teman dahulu waktu kuliah atau teman teman kenalan untuk mencari lowongan kerja dan alhamdulillah 2 minggu selepas aku di phk aku sudah kembali bekerja, ya walapun harus kembali ke nol menjadi pegawai biasa.
Terdesak dengan kebutuhan sehari hari, dimana aku tahu, ketika aku bekerja tidak langsung menerima gaji aku berinisiatif untuk mencari pekerjaan sampingan untuk kebutuhan dapur. Ojol, ya ojol. Itu yang ada dibenakku pada saat itu. Bermodalkan SIM C, SKCK dan HP yang aku miliki sekarang aku coba daftar secara online ke sebuah platform ojol yang menurut aku mudah sekali mendaftarnya.
Pucuk dicinta ulam pun tiba, pagi aku mendaftar online, sore aku pun sudah mendapatkan notifikasi bahwa aku diterima menjadi ojol di aplikasi itu. Dan mulai lah aku dengan kerja sampingan ku itu untuk memulai menjadi driver ojol.
Seminggu dua minggu ku lewati hari dengan bekerja dan menjadi ojol. Kadang selepas subuh aku keluar walau sekedar 1-2 penumpang aku dapat kemudian aku kerja atau bahkan sepulang kerja sekitar jam 4 sore sampai malam hari aku kembali menjadi ojol.
Semua nya berjalan lancar dan alhamdulillah walaupun tidak banyak, tapi setiap hari pasti aku dapat tumpangan dan itu bisa sedikitnya menutupi kebutuhan dapur istriku.
Entah kenapa, hari ini terasa capek sekali. Tidak seperti biasanya sepulang aku kerja aku putuskan untuk pulang ke rumah dan beristirahat. Pikirku, akh nanti aja selepas sholat isya baru aku ngebit karena aku ingin pulang dan sedikit melepas capekku. Istri yang pada saat itu pun bertanya, “tumben pulang dulu, biasanya langsung narik?”.  Aku yang pada saat itu benar benar merasa capek, hanya menjawab “capek, pengen istirahat dulu”. Lalu aku rebahkan badanku.
Pukul 20.00, setelah aku merasa badanku aga enakkan, aku mulai bersiap siap untuk ngebit. Ku pakai jaketku dan semua atribut nya dan tak lupa aku klik tombol nyalakan di aplikasinya.
Motor baru aku nyalakan tiba tiba bunyi di hp ku sebagai tanda notifikasi bahwa aku mendapatkan penumpang. Segera aku ambil hp ku dan terteralah bahwa aku mendapatkan orderan untuk mengantarkan makanan dari seorang custumer “IM*S”, dan dikolom chatnya terdapat notifikasi “mas, tolong antarkan makanan ini untuk keluarga saya ya, saya gantung di pagar rumah ya karena saya mau berangkat, alamat pengirimannya sudah sesuai titik kok”. Karena pembayarannya cash Lalu akupun  membalas chatnya, “oh iya kak, berarti bayarnya nanti di titik pengiriman ya?”. Berharap menunggu balasan chat nya tapi tak kunjung tiba. Tak mau bersuudzon dan berpikir macam macam, aku segera bergegas mendatangi titik penjemputan orderan tersebut.
Komplek I** Jl. Ar**** Blok ** No. **. Oh iya ini alamat nya, pikirku dan aku langsung mencari no rumah yang tertera di aplikasi karena pada saat itu tidak ada yang bisa aku tanya karena sama sekali tidak ada security/penjaga komplek. Tidak lama aku masuk ke dalam komplek tersebut dan menemukan alamat nya. Berdiri di depan rumahnya, kemudian aku buka aplikasi untuk memastikan alamatnya, “ya benar, ini alamatnya”. Tapi ada keanehan pada saat itu, rumah 2 lantai yang besar itu seolah tidak menunjukkan tanda tanda kehidupan, lampu depan rumah mati dan aku perhatikan bahwa tidak ada lampu yang nyala di dalam rumahnya seolah rumah itu benar benar tidak ada penghuninya. Akan tetapi ketika aku melihat gerbangnya, ternyata memang ada sebuah bungkusan yang terbungkus kantong plastik hitam. Tanpa berpikir panjang, aku ambil bungkusan itu untuk segera aku antarkan ke titik pengiriman.
Aku gantungkan bungkusan tersebut ke motor dan langsung aku nyalakan motor ku dan bergegas ke titik pengiriman. Begitu aku mau keluar dari komplek tersebut, di pos satpam yang tadi aku masuk tidak ada siapa siapa, kini sudah ada seorang laki laki kemudian menegurku “dari mana mas?” “dari Blok ** No. ** pak. Ambil orderan buat diantarkan ke keluarganya.” Sahutku. Laki laki itu mengerling kan keningnya dan berkata lagi “dari mana?”. “Blok ** No. ** pak.” Jawabku. Aku yang saat itu berpikir khawatir kelamaan langsung aku bilang, “mari pak!” dan langsung menancap gas menuju titik pengiriman.
Sekitar 45 menit perjalanan tibalah aku ke sebuah perumahan dimana titik pengiriman itu sesuai yang tertera dalam aplikasi. Memang, ketika aku masuk ke perumahan itu harus melewati kebun dan perkampungan warga yang minim penerangan pada malam hari, tapi ketika masuk ke gerbang perumahannya ternyata sudah banyak rumah warga perumahan. Aku lewati pos penjaganya dan hanya tersenyum ketika mereka yang ada di pos tersebut sedang asyik bermain catur. Tak jauh dari pos tersebut aku berhentikan motor dan kembali membuka aplikasinya untuk memastikan dimana posisi tepat nya titik pengiriman.
Bermodal kan gps yang ada di aplikasi aku diarahkan ke sebuah rumah yang gelap tanpa ada penerangan sedikitpun. Hampir sama dengan rumah titik pemjemputan orderan, rumah yang seolah tidak ada kehidupan, sepi dan mencekam. Disinilah hal yang mistis aku alami, ketika aku matikan motorku berdiri di depan pagar rumah dengan memegang bungkusan orderan, dalam keadaan rumah yang gelap tiba tiba muncullah seorang perempuan dengan rambut terurai dan baju putih berdiri didepan pintu rumah dengan muka yang pucat pasi tersenyum kecut dan benar benar menatapku dan sambil lirih dia bilang “siniii” sambil melambaikan tangannya. Aku yang pada saat itu tidak bisa berkata-kata, hanya diam terpaku. Dan yang paling membuat ku shock adalah dari depan pintu itu dia berjalan, bukan berjalan tepatnya adalah melayang mendekatiku. Pas hampir dekat, kemudian aku tersadar. Tanpa berpikir panjang, aku lemparkan bungkusan itu dan langsung berlari ke arah motor ku dan menyalakan motorku. Saking paniknya, dan motor yang tiba tiba tidak bisa menyala, aku ambil langkah seribu mendorong motorku.
Entah berapa jauh aku mendorong motorku dan sudah ada didepan pos satpam dari perumahan itu, sambil terengah engah aku hentikan dan beristirahat. 4 orang penjaga yang sedang asyik bermain catur itu kaget melihatku karena terlihat seperti ketakutan dan menghampiriku. Diajaknya lah aku ke pos itu dan diberikan sebuah air mineral agar aku agak sedikit tenang.
Setelah aku rada tenang, aku mulai menceritakan kepada mereka apa yang aku alami dari awal orderan yang aku dapat dan mereka seolah tidak kaget dengan ceritaku. Kemudian salah seorang dari mereka bilang, “mas bukan yang pertama yang ngalamin ini”. Kemudian mereka menceritakan apa saja yang sudah dialami oleh para ojol di rumah yang sama dan konon katanya, sebelum perumahan ini dibangun, rumah itu dulunya adalah pemakaman warga yang dibeli oleh pihak developer untuk pelebaran perumahan tersebut.
Setelah mendengar semua penjelasan dari satpam tersebut dan kiranya badanku yang sudah lumayan enak, aku ijin kepada mereka untuk pamit pulang. Dan setelah kejadian itu aku langsung pulang ke rumah. Semua yang kualami tidak aku ceritakan kepada istriku karena aku tahu, istriku akan lebih panik dan nantinya tidak akan mengijinkan ku lagi untuk ngebit malam hari.
 
Kejadian ini benar benar aku alami, nama dan alamat sengaja aku samarkan untuk menghindari fitnah.
Semoga dapat mengambil hikmah dari cerita yang aku sampaikan ini.
Sampai sekarang aku masih menjalani profesi sampingan ku ini walau sekarang aku lebih berhati hati dalam mengambil orderan.
 
Terima kasih