Sama seperti aku, Ale adalah seorang suami yang harus menafkahi istri dan 2 anaknya. Dampak pandemi ini membuat dia hrs menerima kenyataan di phk di tempat dia bekerja dengan alasan pengurangan karyawan.
Dan akibatnya, Ale harus mengungsikan anak dan istri nya ke rmh mertuanya di daerah Tenjo, Jasinga karena sudah tidak sanggup membayar kontrakan di sekitar bogor kota yang tergolong mahal menurutnya.
Ya, pandemi covid 19 ini terasa sekali dampaknya...
***
Singkat cerita, sore itu kami sedangan ngopi di warung si Abah, sambil menunggu orderan kami pun terlibat obrolan ngalor ngidul. Dari obrolan orderan sampai curhat masalah rumah tangga.
Sampai akhirnya aku menceritakan kejadian kejadian mistis yang aku alami selama menjadi driver ojol.
Selesai aku bercerita, dia pun menghela napas. Lalu menuturkan bahwa dia pun baru mengalami kejadian yang hampir sama dengan ku.
Tidak seperti biasanya, hari itu Ale yang sedari pagi sampai sore hari narik hanya mendapatkan 3 orderan. Itu artinya hanya sedikit uang yang dibawa ke rumah untuk keperluan anak dan istrinya. Ingat akan anak dan istrinya, Ale kemudian memutuskan bahwa malam itu, dia terpaksa pulang agak larut malam untuk terus ngebit dan berharap masih mendapatkan 2-3 orderan sampai jam 9 malam, kemudian pulang ke Tenjo, Jasinga.
Jam 9.30 malam, 2 orderan pun sudah dia dapat, akhirnya dia memutuskan untuk pulang, "barangkali di perjalanan pulang, bisa mendapatkan 1 orderan lagi", pikirnya.
Sampai daerah Leuwiliang, orderan pun tak kunjung tiba, waktu itu sudah menunjukkan jam 11.00 malem dan Ale pun memutuskan untuk pulang.
Jalanan yang mulai sepi terus dia susuri, Dari 2-3 motor dan mobil yang melintas kini di jalan itu hanya dia sendiri, di tengah kegelapan jalan yang yang minim cahaya dan hanya mengandalkan cahaya lampu dari motornya.
Sampai tiba tiba saat melintasi daerah kebun pohon sawit yang besar besar, Ale merasa sepeda motor yang ditumpanginya tiba-tiba terasa berat, seperti membonceng sesuatu. Semakin dia tarik gas motornya semakin terasa berat.
Ale mulai merasakan keganjilan, dia tahu bahwa dia sedang merasakan hal yang aneh. Merasa penasaran dengan motornya yang terasa berat lalu dia memberanikan diri untuk melihat spion motor dan ....
Betapa kaget nya dia... dibelakang jok motornya ternyata dia sedang memboncengi orang. Sebuah sosok yang jelas terlihat duduk di motornya berpakaian putih dengan rambut terurai dan muka nya, mukanya itu polos tanpa hidung dan mulut... yang ada hanya mata, mata merah menyala dan dan mata itu sama sama sedang melihat Ale di spion itu.
Ale berusaha untuk tidak panik, dalam ketegangan itu dia tidak berani lagi melihat spion motornya, dia hanya terus melihat ke depan jalan dan fokus mengendarai motor dengan terus membaca bacaan yang dia bisa.
Ale tahu bahwa sosok itu masih ada di motornya, akhirnya dia memberanikan diri berbicara dengan sosok itu, dengan sedikit berteriak dia mengatakan "Udah atuh, saya pengen pulang" (dalam bahasa sunda). Tak lama Ale mengatakan itu, tiba tiba...
Bruk... Prak... Ale menabrak batu yang entah dari mana datangnya lalu terjatuh dari motor. Dengan setengah sadar dia melihat sekelilingnya, dia lihat sosok itu sudah tidak ada, di kegelapan itu dia hanya melihat motornya yang terguling dengan mesin dan lampu yang masih menyala.
Dengan segera, dia ambil motornya dan buru buru dia melaju. Ale sudah kehilangan akal, yang ada dalam pikiran dia adalah bagaimana caranya agar segera mungkin keluar dari kebun sawit itu.
Saat dia sedang melaju, tercium bau bangkai yang menyengat tapi dia tidak menghiraukannya sama sekali dan dia semakin terperanjat disebelah kiri jalan diatas pohon sawit itu dia melihat sosok itu sedang duduk pada dahan pohon sawit itu sambil mengeluarkan tawa yang begitu menyeramkan.
Sampai akhirnya dia keluar dari kebun itu, dilihatnya sudah banyak lampu penerangan di depan depan rumah penduduk dan dia bersukur bahwa dia melihat sebuah tambal ban yang masih buka.
Ale pun menghentikan motor nya di tempat tambal ban tersebut, Muka nya pucat penuh dengan keringat dingin dan baju nya yang kotor karena jatuh tadi menjadi pertanyaan si penambah ban tersebut.
Bpk penambal ban tersebut dengan sigapnya segera memberikan air minum agar Ale bisa kembali tenang.
Setelah meminum air yang diberikan bpk penambal ban, Ale pun menceritakan apa yang sudah dia alami di kebun sawit tersebut. Khawatir akan kondisi Ale, Alepun ditawari untuk istirahat di tempat itu dan menyuruhnya melanjutkan perjalanan kerumahnya setelah subuh nanti dan Ale menyetujuinya.
Selepas sholat subuh, Ale kemudian berpamitan kepada bpk penambal ban tersebut dan segera pulang menuju rumahnya. Satu jam perjalanan menuju rumahnya, Ale pun disambut oleh istri nya yang ternyata sudah khawatir akan keadaan Ale, Lalu Ale pun menceritakan semuanya kepada istrinya.
Setelah mendengar semua yang disampaikan Ale, istrinya pun menyuruh Ale untuk beristirahat.
****
Itulah kejadian yang di alami Ale, teman driver ojol ku